Heran saya kok bisa juga nulis..
gaya-gayaan aja

ini merupakan komentar saya di http://fritzinfo.wordpress.com/2008/06/16/dampak-ngeblog-di-indonesia/#comments
gak biasanya sa nulis kaya gini... maka saya tulis ulanglah dengan perbaikan disana-sini. Mudah-mudahan berguna bagi kita semua.

Ketika dewa Yunani resah dengan terbukanya kotak Pandora oleh anak manusia maka semenjak saat itupula bumi yang selama ini dihuni dalam keadaan aman, sejahtera, (bahasa ORBAnya Toto Tentrem Gemah Ripah Loh Jenawi) menjadi diluar kontrol Dewa-Dewa. Sebab dengan Kotak Pandora itu maka manusia mempunyai kemampuan yang sama dengan Dewa.
Tafsir kisah tersebut diatas adalah kotak Pandora tersebut adalah Ilmu Pengetahuan. Maka semenjak itu dengan pengetahuannya manusia mulai mendekati sifat “ketuhanan” (saya pikir itu justru fitrahwi buat manusia untuk menuju kesempurnaan)
Maka manusia mulai menemukan Api, pisau, yang kita juga sama-sama tahu bahwa api dan pisau bisa membawa binasa buat kita. Namun pada sisi lain juga bisa membantu pekerjaan kita sehari-hari (bahasanya klasik banget!! ;) dalam kasus yang lebih sophisticated adalah ketika nuklir ditemukan. pada sisi lain dia menjadi bencana bagi umat manusia ketika penggunaannya pada kasus Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki (dan kita justru dengan bangganya menceritakan hal tersebut dalam buku sejarah bangsa, padahal apa bedanya kita dengan Jepang dan Belanda). Namun ketika digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, ia merupakan potensi yang tak ada habisnya (dengan tabrakan atomnya yang makin controllable).
saya pikir blog itu juga bebas nilai, sama seperti ketika perdebatan tentang apakah nuklir itu bermanfaat atau tidak?
Jadi Blog bisa merupakan tempat penyaluran bakat (entah itu bakat nulis yang baik dan benar sesuai EYD, ;P atokah tempat penyaluran yang baik juga untuk bakat-bakat menipu.
Jadi persoalannya bukan pada apinya, bukan pada pisaunya, bukan pada Nuklirnya , bukan pada Blognya, namun pada sisi penggunanya.
Tinggal bagaimana prilaku penggunanya. apakah mentalnya memang penjahat atau sufi.
Jadi yang paling penting sekarang adalah bagaimana Pendidikan itu mampu membuat manusia Indonesia tidak bermental Penjahat.
“Tapi bagaimana mungkin, membaca saja aku sulit…..” (suaranya seperti iklan layanan masyarakat yang pernah ditayangkan di TVRI)
Tapi bagaimana mungkin menghasilkan manusia yang bermental sufi ketika pendidikan yang kita jalani penuh dengan kebobrokan… gaji guru disunat (alhamdulillah sekarang agak mendingan) Dana gedung sekolah di Korupsi (dengar-dengar Depdiknas merupakan departemen terkorup kedua di Indonesia. Yang lebih celaka ternyata Depag urutan pertamanya). Belum lagi bicara sistem pendidikan kita yang carut marut.
Jerih payah murid sekolah selama 3 tahun ditentukan dengan ujian “sialan” dalam 3 hari. Apalah guna dari Integral, matriks, Aljabar Boole, ketika kecerdasan yang dimiliki murid tertentu adalah dalam bidang musik !!!
Belum lagi standar kelulusan yang dipasang begitu tinggi, tanpa disertai perbaikan infrastruktur, dan suprastruktur pendukung pendidkan. Saya setuju dengan standar kelulusan yang tinggi, Kalau perlu anak SMA ujian TOEFL dengan standar kelulusan 400. Namun apakah sekarang saatnya? Ketimpangan infrastruktur pendidikan Jawa Sumatra dengan Sulampapua. ketimpangan desa dan kota????
entah…….
memang begitu pelik dan carut marut permasalahan yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia kita.
PUSING…..!!!!!
ada ide yang lebih baik????

Tidak ada komentar: